Widget HTML #1



Beradab Saat Bangun Tidur

 

Berikut adab bangun tidur seorang muslim yang dinukilkan dari Kitab Shahiihul Aadaabil Islaamiyyati karya Syaikh Wahid bin Abdussalam bin Baliy,


1. Berdzikir/berdoa 


 النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ


Dari Hudzaifah radliallahu 'anhu dia berkata; "Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak tidur di malam hari, beliau meletakkan tangannya di bawah pipi, kemudian beliau mengucapkan: "Bismika  Allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu aku mati dan aku hidup)." Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: 'Al Hamdulillahilladzii ahyaana ba'da maa amatana wailaihi nusyur Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali”. (HR. Bukhari 5839)


Faedah dari hadis diatas:

  1. Hendaknya seorang hamba mengingat Allah ketika dia berangkat tidur, menyiapkan diri seolah hendak mati, karena tidur adalah akhir dari urusan (duniawinya) dan pekerjaannya, juga ketika dia bangun, hendaknya dia memuji Allah dan bersyukur kepada Allah atas karuniaNya, sembari mengingat bahwa bangunnya dia dari tidur itu seperti dibangkitkannya dia setelah mati (di hari kiamat). 
  2. Hendaknya seorang hamba mengilmui bahwa kembalinya seluruh makhluk (ciptaan Allah) adalah kepada Tuannya (Allah ta’ala). 
  3. Di dalam hadis ini terdapat dalil tentang hikmah yang agung bahwa di dalam tidur, Allah menetapkan konsep (akidah) kebangkitan setelah kematian.
  4. Tidur adalah istirahatnya badan dari apa-apa yang telah berlalu, serta merupakan kesegaran bagi badan untuk menghadapi apa-apa yang akan datang, juga merupakan pengingat tentang kehidupan di akhirat. Ingatlah ini ketika Anda bangun dari kubur Anda setelah Anda mati, Anda hidup lagi untuk menghadap Allah. 
  5. Allah adalah zat yang paling pantas atas segala jenis pujian.


2. Melepas ikatan syaitan dengan berdzikir, berwudhu dan sholat.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ مَكَانَهَا عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ


Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Syaitan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, syaitan mengikatnya sedemikian rupa sehingga setiap ikatan diletakkan pada tempatnya lalu (dikatakan) 'Kamu akan melewati malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.' Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudlu' maka lepaslah tali yang lainnya dan bila ia mendirikan shalat lepaslah seluruh tali ikatan dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan seperti itu, maka pagi harinya jiwanya merasa tidak segar dan menjadi malas beraktifitas." (HR. Bukhari 3029).


Faedah dari hadis diatas:

  1. Penegasan konsep keyakinan bahwa setan itu ada. 
  2. Besarnya upaya setan dalam menyesatkan Bani Adam.
  3. Keutamaan wudu dan salat. 
  4. Bersemangatnya Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam upaya menjauhkan setan dari umatnya.


3. Bersiwak


عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ لِلتَّهَجُّدِ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ


Dari Hudzaifah radliallahu 'anhu, “bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila bangun malam untuk shalat tahajjud, Beliau menggosok dan membersihkan mulut Beliau dengan siwak.” (Bukhari 1068).


Faedah dari hadis diatas:

  1. Penekanan tentang sunahnya bersiwak ketika bangun dari tidur.
  2. Penekanan tentang sunahnya bersiwak ketika terjadi perubahan aroma pada mulut, seperti halnya bau mulut juga mengalami perubahan ketika seseorang bangun tidur. 
  3. Bersemangatnya para sahabat Radhiyallahu Anhum dalam mengutip setiap perkataan Nabi ﷺ. Ini menunjukkan besarnya rasa cinta para sahabat terhadap beliau shalallahu alaihi wasallam.
  4. Kesempurnaan syariat Islam karena mencakup seluruh sendi-sendi kehidupan. 
  5. Bersiwak (yang sempurna) itu mencakup seluruh gigi, gusi, dan lidah.
  6. Perhatian syariat Islam tentang kebersihan.


4. Membangunkan Anggota Keluarga Untuk Qiyamul lail (sholat malam).


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ


Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah akan merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya, dan Allah akan merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya." (HR. Abu Daud).


Faedah dari hadis diatas: 

  1. Disyariatkannya mendoakan seseorang yang masih hidup supaya mendapat rahmat, sebagaimana disyariatkannya mendoakan rahmat untuk orang yang sudah meninggal dunia. 
  2. Keutamaan salat malam.
  3. Keutamaan tentang disyariatkannya membangunkan orang tidur untuk menjalankan salat nafilah, sebagaimana disyariatkan pula hal serupa untuk salat fardu, dan ini adalah bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. 
  4. Di dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang pergaulan yang baik dan kebaikan yang sempurna (antara suami dan istri). 
  5. Di dalam hadis ini terdapat isyarat bahwa lelaki memiliki hak yang lebih daripada wanita, bahwa hendaknya lelaki bangun lebih dulu dan membangunkan istrinya.
  6. Di dalam hadis ini terdapat isyarat bahwa karunia Allah bukan hanya tertuju pada satu gender (laki-laki/perempuan), karena bisa saja wanita menjadi lebih utama daripada lelaki.


(Syarah shahiihul Aadaabil Islamiyyati karya Syaikh Khalid ibn Mahmud ibn Abdul Aziz ibn Muhammad Al-Juhany hafidhahullah hal : 49 - 58).


Link kajian : https://youtu.be/HYeDur_aG7E?si=xnv6rox-d7PM3iru

Video kajian :






Ustadz Kusdiawan

Lumajang, 6 Rajab 1446 H

Posting Komentar untuk "Beradab Saat Bangun Tidur"

Yuk Jadi Orang Tua Asuh Santri Penghafal Al Qur’an